Catatan Pemutaran Bioskop Kampus: Lepas

Kineklub LFM ITB
4 min readMar 3, 2019

--

Source: Dokumentasi Sosial LFM ITB

Rabu, 28 November 2018 merupakan pertama kalinya Bioskop Kampus hadir di Kampus ITB Jatinangor. Tema yang dibawakan pada bioskop kampus Jatinangor perdana ini adalah lepas, yang bertujuan untuk menampilkan gambaran berbagai cara untuk melepas kehidupan yang penuh rutinitas dan kemekanisan. Terdapat 5 film pendek yang ditampilkan dengan total durasi 91 menit dan dibagi dalam 2 sesi pemutaran. Sesi pertama menampilkan Montage of Edelweiss karya Irvan Aulia, lalu dilanjutkan oleh Rock N’ Roll karya Wisnu Surya Pratama dan Pingitan karya Orizon Astonia. Lalu sesi kedua dimulai dengan Pendekar Kesepian karya Yusron Fuadi dilanjut dengan Neng Kene Aku Ngenteni Koe karya Jeihan Angga. Jeda antar sesi diisi dengan sambutan dan kuis berhadiah yang dibawakan oleh MC.

Setelah sesi pemutaran selesai dilanjutkan dengan sesi diskusi yang dibawakan oleh moderator Pitri Rohayani dan turut mengundang dua narasumber yaitu Shafannah Gumilangsari atau Lalang selaku Kepala Dinas Dinamisasi Kampus KM ITB dan Adrian Marchelino atau Dino selaku perwakilan dari Liga Film Mahasiswa. Tema diskusi yang dibawakan adalah cara-cara melepas penat dan bagaimana film-film yang ditampilkan dapat memberikan gambaran untuk rehat sejenak dari rutinitas.

Sesi pertama diskusi diisi dengan perkenalan dari para narasumber dan kesan mereka terhadap film yang diputarkan. Menurut Dino, setiap film yang diputarkan memiliki warnanya masing-masing dan pesan yang berbeda satu sama lain. Pada film Neng Kene Aku Ngenteni Koe, hiburannya didapat dari visual filmnya yang menampilkan balapan ala fast n furious dengan kearifan lokal. Film ini mendobrak stereotip orang desa yang sederhana lewat tokoh Anjar yang berani menunjukkan dirinya sendiri, bahkan memiliki gaya berkomunikasi yang lepas dari stereotip. Lalu pada film Pingitan, berdasarkan reaksi penonton film ini cukup membingungkan namun mungkin inilah cara sutradara menunjukkan sepasang calon pengantin yang melepas belenggu pingitan namun tetap berada pada batasnya. Sedangkan menurut Lalang, film-film yang diputarkan cukup sederhana dan bisa menangkap momen, diantaranya Rock N’ Roll dan Montage of Edelweiss. Dengan film-film ini pastinya juga penonton bisa atau mungkin pernah merasakan hal yang sama.

Sesi kedua diskusi diisi dengan opini narasumber terhadap pentingnya melepas kepadatan, kejenuhan, dan kepenatan rutinitas. Menurut Lalang, melepas penat adalah hal yang penting agar hidup tidak monoton. Seperti film Montage of Edelweiss, mungkin dengan suasana baru, hal-hal yang tadinya tidak bisa tersampaikan jadi bisa tersampaikan. Suasana baru bisa merubah hubungan antara dua orang menjadi lebih baik. Sedangkan menurut Dino, melepas penat itu tergantung masing-masing individu. Jika merasa penat dalam melakukan hal yang ia suka maka tidak apa-apa, namun ada baiknya sekali-kali melepas penat itu karena sesuatu yang berimbang lebih baik daripada yang berlebihan.

Sesi ketigadiskusi diawali dengan opini Lalang dalam cara melepas penat dari rutinitasnya. Pada urusan akademik, Lalang selalu memanfaatkan kesempatan yang ada seperti tugas survei ke desa-desa yang tidak hanya bertugas tapi sekaligus melepas penat. Lalu dalam kegiatan non-akademik, Lalang melepas penatnya dalam kegiatan Abdimaja yaitu kegiatan pengabdian masyarakat ke desa-desa. Menurutnya, interaksi dengan masyarakat dapat melupakan kesibukan-kesibukan di kampus. Selain itu ia juga memanfaatkan wadah-wadah kecil untuk melepas penat salah satunya mengikuti acara Bioskop Kampus ini. Selanjutnya diisi dengan opini Dino tentang film yang paling menarik untuk dijadikan opsi cara melepas penat. Secara pribadi, Dino lebih memilih Pendekar Kesepian dan Montage of Edelweiss karena berhubungan dengan alam dan belum pernah berkemah sebelumnya. Menurutnya, mungkin mendaki gunung bisa menjadi opsi cara melepas penat.

Sesi terakhir merupakan sesi tanya jawab oleh penonton ke narasumber. Pada sesi ini 2 orang diberi kesempatan untuk bertanya. Orang pertama yaitu Ikram dari Unpad yang ingin menanggapi tentang film yang diputarkan. Menurutnya semua film memiliki benang merahnya, namun yang paling mencolok adalah Pendekar Kesepian karena sangat menunjukkan budaya Indonesia. Hanya di Indonesia terdapat istilah nongkrong, melakukan hal tidak produktif dimana saja. Tapi dengan nongkrong itu kita bisa mendapat banyak hal dari orang-orang yang tidak terduga. Menyangkut Pendekar Kesepian, kita bisa berbicara dari kenthu hingga galaksi. Lalu pada Pingitan, menunjukkan bahwa kita sebagai outsider mungkin merasa aneh melihat gaya pacaran orang lain, namun bagi orang yang pacaran mungkin biasa-biasa saja. Lalu Rock N’ Roll yang menunjukkan bahwa saling memahami itu cukup sulit. Terakhir Neng Kene Aku Ngenteni Koe yang menunjukkan bahwa ada kehidupan lain selain di kota. Desa tidak kalah keren dengan kota, bahkan kehidupan di kota mungkin lebih flat daripada di desa.

Setelah itu dilanjut oleh orang kedua yaitu Riza yang bertanya kepada narasumber dan penonton sekaligus tentang mengapa film kedua diberi judul Rock N’ Roll?. Dino memberi tanggapan, menurutnya Rock N’ Roll biasanya dihubungkan dengan music Metallica yang tanpa batasan. Jika dikaitkan ke film, tokoh Indra sikapnya berani banting setir, kuliah sastra, jadi jurnalis, tapi akhirnya kerja menjadi petani. Orang umum mungkin menganggapnya gila dan inilah Rock N’ Roll nya, yaitu keberanian Indra dalam mencoba banyak hal.

Sesi tanya jawab ditutup dengan kesimpulan yang dibawakan moderator. Lepas dari kepenatan hidup sehari-hari merupakan suatu hal yang penting, apalagi mahasiswa-mahasiswa yang sering dihadapkan situasi yang membuat jenuh, khususnya kegiatan akademik. Narasumber telah memberikan beberapa opsi cara melepas penat, juga film-film yang telah diputarkan. Sebagai penutup keseluruhan sesi diskusi, Lalang memberi ucapan terima kasih kepada LFM dan Bioskop Kampus yang telah mengadakan Bioskop Kampus pertama dan juga telah ikut mendinamisasikan Kampus ITB Jatinangor.

--

--

Kineklub LFM ITB
Kineklub LFM ITB

Written by Kineklub LFM ITB

Kanal diskusi, kritik, dan apresiasi film oleh kru Liga Film Mahasiswa ITB. https://linktr.ee/kineklub

No responses yet