Catatan Programasi BK from Home: Daybreak

Kineklub LFM ITB
2 min readSep 7, 2021

Daybreak (n): the time in the morning when daylight first appears. Daybreak secara harfiah adalah momen ketika langit malam yang gelap mulai menyambut terangnya matahari pagi. Layaknya langit, kehidupan pun tak selalu terang benderang, ada kalanya kita dilanda gelap gulita. Terlebih di masa pandemi seperti sekarang ini yang menyebabkan kekacauan sosio-ekonomi secara masif, ditambah quarter life crisis yang kian menjadi-jadi, serta dinamika kehidupan personal yang tak luput dari isu keluarga, dan pertemanan. Memang betul sekarang bukanlah waktu yang baik untuk berbagai hal, namun janganlah tenggelam, bila waktunya tiba, life will take a turn for the better, just like daybreak. Yang kita perlukan ialah secercah harapan.

Dalam program BK From Home: Daybreak “Every Cloud Has Its Silver Lining”, penonton diajak untuk ikut merasakan secercah optimisme dan harapan yang dialami oleh berbagai karakter. Program ini terdiri dari 9 film dengan total durasi 141 menit yang akan ditayangkan selama dua hari. Setiap filmnya menggambarkan berbagai keresahan dan harapan yang dapat kita temukan dalam kehidupan kita.

Pemutaran hari pertama diawali dengan film We karya Aco Tenriyagelli yang memperlihatkan perasaan khawatir bercampur harapan dan doa orang tua yang harus melepaskan anak kesayangan mereka merantau demi melanjutkan pendidikannya. Masih Ada Natal Malam Ini karya Raihan Mauladi yang menceritakan hubungan seorang nenek dan cucunya yang sibuk bekerja menjelang malam natal akan menjadi pembuka dalam penayangan hari kedua. Dalam film ini kita bisa melihat bahwa hubungan antar keluarga juga lah yang dapat memberikan harapan disaat kita sedang kelelahan dan merasa rendah. Presence of Mind karya Muhammad Danindra menceritakan sebuah kosan dengan berbagai keresahan dari setiap penghuni dan suatu hal yang menyatukan mereka. Wajah Perempuan dengan Masa Lalunya karya Alan Kusuma membawa kita mengikuti kehidupan seorang perempuan yang berharap bisa menari lagi seperti sedia kala, namun terhalang oleh trauma dan halusinasinya. Jakarta Subuh karya Syahreza Fahlevi yang menampilkan seorang pengurus mushola dan seorang waria yang berbincang tentang harapan mereka.

Pemutaran di hari kedua diawali dengan film Mimpi Mayla karya Farhan Alvian yang bercerita tentang keresahan seorang siswa kelas 12 yang berharap untuk kuliah walaupun terhalangi banyak rintangan. Blame Tale karya Farrel Asalas yang bercerita tentang kehidupan seorang fresh graduate yang tertekan oleh ekspektasi dari ibunya juga kesuksesan kakaknya dan bagaimana ia berusaha memenuhi ekspektasi itu untuk membahagiakan keluarganya. Lama Tak Kembali karya Andhika Godwin bercerita tentang kegundahan seorang pemuda yang harus memilih antara mengejar impiannya atau mempertahankan hal-hal yang berarti baginya. Lasagna karya Adi Victory bercerita tentang sepasang suami istri dan harapan mereka untuk tetap saling mencintai walaupun maut memisahkan.

Gelapnya malam berganti cerahnya pagi. Seperti itulah hidup, tak ada yang pasti, namun dibalik ketidakpastian yang melanda akan selalu ada harapan yang menemani. Jangan khawatir, hari-hari burukmu akan usai. Semua akan indah pada waktunya nanti.

-Kru LFM ITB-

--

--

Kineklub LFM ITB

Kanal diskusi, kritik, dan apresiasi film oleh kru Liga Film Mahasiswa ITB.