Kintalk: Bincang Bersama Robby Ertanto

Kineklub LFM ITB
5 min readMar 14, 2021

--

Pada sesi pemaparan Kintalk: Bincang Bersama Robby Ertanto, dibahas tentang proses kreatif dalam filmmaking dan pengalaman Robby Ertanto dalam festival film internasional. Ertanto Robby membagikan tentang 8 hal yang ia pelajari dari pengalamannya sebagai filmmaker, tentang bagaimana membuat film yang dapat dibilang baik. Menurut Robby Ertanto, pada dasarnya film hanya ada 3 unsur: aktor, kamera, dan cerita. Ketika ketiga hal ini ada, maka film juga akan ada. Terlebih secara teknologi sekarang sudah sangat mudah dan didukung. Ketika kita memasuki wilayah layar lebar atau feature films, maka ada aturan yang harus kita pelajari dan kita cermati bersama.

  1. Learn what to make movies about

Kita harus tahu tentang apa film yang kita bikin. Ketika kita menulis script, atau menyutradarai sebuah film, harus dikuasai film tersebut tentang apa. Untuk menceritakan dengan visual secara utuh, butuh untuk mengerti dan memahami apa yang dibikin. Harus dipahami karakter yang diciptakan, karakter yang berjalan, dan keinginan karakternya apa. Kadang-kadang hal ini datang dari inspirasi atau pengalaman hidup kita, buku-buku yang kita baca, film yang kita tonton, musik yang kita dengar berita yang kita ketahui, dan banyak lagi. Film selalu lengkap dalam segi sosial-politik dan juga budaya.

Dari semua itu, muncul premis atau logline. Misalnya pada film Ave Maryam: seorang biarawati yang mengabdi kepada gereja selama 40 tahun umurnya, lalu jatuh cinta kepada seorang Romo, namun aturan katolik tidak mengizinkannya. Dalam sebuah film harus ada apa yang ingin dibawakan atau disampaikan oleh filmmaker itu sendiri, apa statement yang ingin disampaikannya, kenapa dibikin film ini. Statement harus terlihat jelas.

2. Make art but make it marketable

Seni tapi harus ada yang nonton. Film layar lebar harus menarik dan ditonton bagi banyak orang. Film apapun pasti ada peminatnya. Harus disadari bahwa tidak ada batasan antara film festival atau film komersil. Ketika bikin film sebisa mungkin bikin film yang bagus, sehingga sangat perlu isu yang kuat.

Kuncinya ada di struktur. Banyak ide atau film yang dikemas secara menarik dan meyakinkan bahwa penonton akan menonton film itu. Dan kembali lagi ke poin pertama, bergantung dari ide dan statement kita sekuat apa, ini mempengaruhi market kita juga.

Dengan teknologi yang maju, kita dapat memiliki referensi-referensi yang menjadi target market kita. Apa sih yang sedang disukai gen Z? Apa yang lagi disukai milenial? Kita bisa belajar dari sana semuanya. Ketika sudah ada ide, tinggal mencari bagaimana supaya film kita bisa dikuasai market tersebut. Sehingga film yang dibuat akan marketable dengan tidak mengurangi idealisme kita sebagai pembuat film. Semua itu bisa diatasi dengan riset dan observasi yang menarik dan menjadikan karya tersebut sesuatu yang menarik.

3. Learn to blend subjective and objective in writing

Ketika menulis sebuah script, pasti ada subjektif dan objektifnya. Ketika menulis yang menceritakan suatu karakter, dibutuhkan objektivitas. Memposisikan diri dalam karakter tersebut dan menjadi karakter itu. Apa yang dilakukan karakter harus menjadi observasi bagi penulisnya. Setelah karakter sudah dibuat dan sudah jelas, perlu adanya subjektivitas. Menempatkan diri sebagai penonton. Dimana logika sebab akibat dalam cerita tersebut masuk akal, dan apakah sudah sesuai dengan yang diinginkan.

Dengan menempatkan diri sebagai karakter dan sebagai penonton, maka subjektivitas dan objektivitas sudah jelas. Dan didapatkan suatu script yang sangat kuat dalam story telling.

4. Be loyal to collaborators

Sebagai filmmaker, tentunya dibutuhkan kerjasama tim. Dibutuhkan seorang produser yang baik, butuh aktor yang sesuai, butuh kameramen, editor, dan lain-lain. Sebagai director harus dapat menjembatani semua kolaborator ini, bahwa film ini adalah film bersama. Jadi tidak ada yang paling pintar atau paling jago tapi semua membangun film ini secara bersama-sama. Sehingga terjadi komunikasi yang tepat, dan di jalur tujuan yang sama yaitu menciptakan film sebagai hasil seni yang menarik.

5. Support moments with visual choice and motivate your camera movement.

FIlm adalah bahasa visual yang dijelaskan melalui gambar. Berarti sebisa mungkin dialog hanya keluar ketika seorang filmmaker tidak bisa lagi menjelaskan secara visual. Bagaimana kamera bergerak, tidak hanya mengikuti tokoh tapi butuh tujuan atau meaningnya. Dari script dapat dibuat semacam grafik yang menggambarkan seorang karakter dapat terlihat, bagaimana scene by scene berjalan, dan bagaimana benang merah tetap terjaga.

Seperti pada Ave Maryam yang ditunjukkan melihat ke luar jendela dan melihat laut untuk menggambarkan keinginan Maryam untuk melihat dunia yang lebih luas. Dimana laut menggambarkan luasnya dunia dan jendela menggambarkan ada sesuatu di luar sana yang ingin diketahui.

Juga adegan makan malam Maryam dan Romo Joseph ketika perasaan itu ada namun tidak dibicarakan dan menggunakan elemen film yang ditembakkan ke dinding. Ini merupakan bahasa visual. Tentang bagaimana filmmaker menggunakan semaksimal mungkin seluruh elemen dalam frame dan meminimalisir dialog tersebut.

6. Have fun with music

Elemen musik menjadi elemen yang penting, bukan hanya sebagai scoring saja. Musik dapat melibatkan karakter kita dalam scene tertentu. Film menjadi lengkap imajinasinya dengan musik. Seperti pada Bande à part (1964) atau Pulp Fiction (1994) atau Joker (2019). Sangat menarik dalam sebuah film untuk alat propaganda yang dahsyat yang dapat mempopulerkan sebuah tarian, musik, fashion, dll. Bukan hanya tempelan tapi bagian dari karakter yang memang suka musik.

7. Words are poetry even when not heard

Tentang poetry dalam film. Menjadi menarik ketika film terdapat suatu hal yang poetic. Kita dapat memperkaya elemen-elemen artistik dalam film itu dan membuat momen artistik sehingga terasa alami dan terasa jujur. Contohnya kalimat “Jika surga belum pasti untuk saya, buat apa saya mengurusi nerakamu?” pada Ave Maryam.

8. The only thing stopping you is you

Membuat script itu gratis, berapapun draft yang dibuat pembuatan script tetaplah gratis. Tidak ada yang dapat memberhentikan kreativitas Anda, yang dapat memberhentikannya hanya diri kita sendiri. Filmmaker Indonesia sangat-sangat militan, yang juga menjadi alasan mengapa film Indonesia terus ada dan berkembang tiap tahunnya.

Mulailah bikin film dan jangan putus asa, yang dapat memberhentikan kreativitas kita adalah diri kita sendiri. Selama bikin script adalah gratis, terus belajar untuk bikin film yang bagus dan siap untuk divisualkan.

Bagaimana cara masuk ke festival?

Hal yang perlu diperhatikan adalah bikin film yang bagus dulu. Jangan bertujuan untuk bikin film untuk festival. Ketika suatu film dibuat tanpa beban, film akan terasa lebih menarik. Masuk ke festival hanyalah bonus. Target utamanya adalah bikin film yang jujur sehingga filmnya menjadi bagus.

Ketika film yang di-submit tidak diterima, jangan berkecil hati karena ada yang menilai dan film itu adalah selera. Tidak ada film yang jelek. Ada beberapa festival yang dapat dipelajari festival directornya, seperti apa saja film yang biasanya masuk ke festival tersebut. Ada yang misalnya festival yang hanya memutar non-fiction,yang memilih film yang sesuai dengan tema festivalnya, dan lain-lain.

Dengan teknologi dapat dicari apa temanya dan kapan dibuka submisi filmnya. Atau bisa tanya ke yang sudah pernah masuk ke festival film tertentu karena mungkin sudah kenal dengan festival director-nya atau sudah tau tipe-tipe film apa saja yang biasanya lolos.

Filmmaker independen harus dijaga karyanya. Film dibuat dengan tidak mudah, dan adalah barang mahal. Perlu disadari bahwa karya harus dihargai dengan tidak membajak film. Ketika memasuki dunia profesional pembuatan film, harus dihargai profesi pembuat film.

--

--

Kineklub LFM ITB
Kineklub LFM ITB

Written by Kineklub LFM ITB

Kanal diskusi, kritik, dan apresiasi film oleh kru Liga Film Mahasiswa ITB. https://linktr.ee/kineklub

No responses yet