Lima Wajah Sinema Bioskop Online: Jelajah Wajah Sinema Pendek Lokal
Ditulis oleh Bobby (Kru’21)
BERLABUH (2020)
Sutradara Haris Yuliyanto
Pulang sementara mengunjungi keluarga perlu dilakukan, apalagi telah berlayar lama rindu pun seharusnya muncul. Namun, tidak bagi Tirta. Pulangnya ke rumah menjadi perenungan baginya, ditambah lagi kontraknya sebagai pekerja kapal sudah mau habis. Di rumah, ia tidak melakukan apa-apa, hanya berbaring tak berbusana menatap lalu-lalang masyarakat dengan tatapan yang kosong. Begitu juga pikiran dan hati Tirta.
Haris Yuliyanto dalam film ini memberikan gambaran sederhana tentang hubungan ibu-anak yang sudah jarang bertemu. Bak Malin Kundang yang jarang pulang, rasa hormat pun sudah tak muncul lagi. Apalagi, stigma masyarakat yang dengan mudah meremehkan Tirta yang pasti memiliki banyak uang, tetapi nyatanya tidak menjadi beban yang perlu dipikul Tirta.
Drama mengenai hubungan antar ibu dan anak yang tak akur ditampilkan sekilas melalui tata kamera yang apik. Tirta yang mengunjungi orang tuanya setelah perjalanan jauh mengarungi lautan bukan melampiaskan rindu, melainkan menambah beban pikiran untuk keluarganya sendiri. Berlabuh bagi Tirta membawanya memikirkan ulang tentang arti kehidupan, layaknya pemberhentian sesaat setelah mengarungi banyaknya rintangan.
BONCENGAN (2020)
Sutradara Sarah Adilah
Film Boncengan sejatinya memberikan pilihan kepada Nadia dan penonton kepada siapa kita berpegang teguh. Film ini memberikan sudut pandang keluarga yang terdidik Islami, tetapi apa daya, sebagai remaja yang ingin merasakan kebebasan, tokoh Nadia membelot kepada ayahnya.
Di hari terakhir sebelum ia dikirim ke pesantren, Nadia meluangkan waktunya untuk bertemu dengan pacarnya, padahal ayahnya sudah melarang adanya hubungan roman bersama laki-laki yang bukan muhrim. Sejatinya, film ini ingin memberikan pesan moral yakni menjadi orang tua tak harus mengekang anaknya untuk bersosialisasi, tetapi sang anak pun juga harus tahu batasan.
Sarah Adilah mencoba membawa filmnya secara perlahan mengajak penonton bersimpati dengan keadaan Nadia dan ayahnya, juga menyaksikan romansa manis sampai ending-nya yang tak sengaja mempertemukan dua hal yang bertolak-belakang dalam sebuah tragedi.
HAI GUYS BALIK LAGI SAMA GUE, TUHAN! (2020)
Sutradara Winner Wijaya
Dalam waktu yang singkat, Winner Wijaya mampu memberikan satu cerita segar yang melibatkan Tuhan sebagai tokoh utamanya. Komedi satir terhadap kehidupan manusia disajikan layaknya permainan The Sims. Permainan itu dimainkan dari sudut pandang atas dan penonton dapat menyaksikan sebagaimana Tuhan mengatur manusia-manusia ini.
Winner Wijaya menampilkan candaan yang begitu mengasyikkan. Layaknya vlog, Tuhan merekam keburukan-keburukan manusia yang disatukan dalam satu komplek perumahan. Berlatarkan pagi yang indah seharusnya disambut dengan bahagia, tetapi nasib buruk diturunkan bagi mereka yang tidak beruntung. Tabiat baik yang ditutupi hari ini juga akan terbongkar karena Tuhan Maha Tahu dengan apa yang terjadi di masa lalu dan masa depan.
Pengambilan gambar yang tepat membuat kita masuk ke dalam ceritanya dengan seutuhnya, khususnya gempa yang bikin goyang-goyang satu dunia. Lebih enak lagi kalau ditambah dangdut, hihihi.
JAMAL (2020)
Sutradara Muhammad Heri Fadli
Jamal disini bukanlah nama orang, melainkan sebuah singkatan: Janda Malaysia. Kisahnya sederhana mengenai seorang istri yang ditinggal suaminya untuk pergi ke hadapan Iilahi. Menariknya, Muhammad Heri Fadli menyajikan ceritanya dalam bingkaian adegan yang lebar. Wide shot yang digunakan seakan menyampaikan makna bahwa manusia terlihat kecil apabila dibandingkan alam ataupun di mata Tuhan sendiri.
Kesedihan yang ada terangkum jelas mulai dari kedatangan jenazah sampai penguburannya. Walau kamera stabil, tak pernah berpindah tempat, atmosfer sendu sampai suara tangisan yang sangat meratap begitu jelas tersampaikan pada penonton. Sederhana, tetapi penuh makna yang akan mudah sampai di hati. Syahdu rasanya melihat manusia yang begitu kecil merayakan kematian yang sangat mengundang perhatian dan simpati.
RIDE TO NOWHERE (2022)
Sutradara Khozy Rizal
Dibandingkan filmografi Khozy Rizal lainnya, rasanya Ride to Nowhere patut diberi apresiasi paling tinggi. Film ini memotret peran perempuan di tengah pekerjaan yang umumnya dilakukan oleh laki-laki. Melalui Ade, kita mengikuti bagaimana dirinya berjuang melunasi utangnya dengan melakoni profesi ojek online. Namun, tak mudah bagi perempuan untuk mendapatkan penumpang. Sampai-sampai ia melakukan hal ekstrim, merubah tampilan femininnya menjadi tidak seperti Ade yang sebelumnya.
Khozy dengan apik menyatukan gambar-gambar memilukan dari Ade yang ditolak penumpang langsung pada saat itu juga atau dikerjai oleh oknum tidak bertanggung jawab. Mega Herdiyanti dengan performanya yang elok berhasil menonjolkan ekspresi dan keluh -kesah Ade, sehingga penonton mudah bersimpati dengan karakter utama ini. Lelah, lemas, dan lirihnya Ade terekam dengan jelas, yang memberikan pandangan bahwa perempuan juga manusia yang perlu memenuhi kebutuhannya.
Seperti judulnya, Ride to Nowhere menyetir kita pada rangkaian peristiwa tidak diterimanya perempuan di segala kegiatan yang lumrahnya dilakukan manusia biasa. Ia rela mencukur rambutnya, rela dipanggil bukan oleh kepribadian yang sesungguhnya. Jangan salah, hal itu betul-betul menyakitkan. Bagi penonton saja, sesak sekali mendengarnya, apalagi bagi mereka yang mengalaminya.