Memaknai Kata Pulang dan Rumah Melalui Jalan yang Jauh Jangan Lupa Pulang
Ditulis oleh Fadhal (Kru ‘22)
Sebagai seorang yang kurang menyukai film pendahulunya, Nanti Kita Cerita Tentang Hari Ini (NKCTHI), Jalan yang Jauh Jangan Lupa Pulang justru menghadirkan pengalaman yang dekat dan mewakili bagi diri saya.
Jalan yang Jauh Jangan Lupa Pulang menghadirkan pengalaman personal bukan hanya untuk si anak tengah, melainkan bagi siapapun yang sedang merantau jauh dari rumah untuk menggapai mimpinya dan menemukan arti dari rumah itu sendiri.
Memaknai “pulang” dan “rumah” bukan hanya sekadar tentang tempat tinggal asal, melainkan lebih dari itu melibatkan cerita dan mimpi yang dibangun. Melalui Jalan yang Jauh Jangan Lupa Pulang menghadirkan kisah mengenai pencarian makna kata “pulang” dan “rumah” melalui sudut pandang Aurora (Sheila Dara) yang kini menjadi fokus utama cerita. Kita diajak untuk melihat bagaimana struggle dan masalah-masalah yang dihadapinya. Layaknya sebuah biografi dirinya yang ditulis secara personal secara jujur dan tulus, menghadirkan nuansa yang baru dengan spektrum emosi yang baru dan hadir penuh haru.
Menceritakan sosok Aurora yang kini telah tinggal di London untuk menggapai mimpinya, ia kini harus berhadapan dengan masalah-masalah di negri orang, jauh dari keluarganya. Aurora yang tak mengabari keluarganya selama dua bulan, menjadikan Angkasa dan Awan harus ditugaskan untuk menjemput Aurora pulang. Melalui cerita yang terkesan sederhana, berfokus pada satu masalah utama dan bagaimana cara penyelesaiannya oleh Aurora, Jalan yang Jauh Jangan Lupa Pulang hadir dengan tempo yang tak terburu-buru, terbagi dalam beberapa babak yang menjelaskan secara detail struggle yang dialami Aurora. Letupan-letupan emosi yang diberikan Sheila Dara tampil memukau dan menggugah isi hati. Melalui tiap-tiap dialognya, ia hadir menyihir, believable, dan tampil jujur sebagai bentuk penuturan personal.
Melalui pemilihan lokasi yang kini berada di London. Jalan yang Jauh Jangan Lupa Pulang hadir tanpa meromantisasi dan menjualnya secara berlebihan, melainkan tak lebih sebagai pendekatan gambaran di perantauan yang penuh struggle dan menjadi bagian dari cerita Aurora itu sendiri. Di kota tersebut ia bertemu dengan Honey (Lutesha), Kit (Jerome Kurnia), dan Jem (Ganindra Bimo), ketiganya menjadi dinamika yang kuat dalam hidup Aurora dan hadir membentuk karakter Aurora itu sendiri.
Konflik dibuka melalui hubungan toxic antara Aurora dan Jem, masalah keduanya tak lantas menampilkan sebab-akibat yang jelas pada babak awalnya, yang jelas penonton hanya diberi tahu bahwa hubungan mereka tidak baik-baik saja yang merembet pada masalah Aurora yang kian berjarak dengan rumahnya. Karakter Jem yang tampil red flag dan manipulatif dihadirkan dengan kuat tanpa terkesan berlebihan.
Kehadiran Honey dan Kit menjadi unsur pendukung yang paling kuat dan memeluk hangat, layaknya pelukan hangat mereka pada Aurora. Keduanya tampil maksimal, top notch, loveable, dan hadir dengan tulus. Kehadiran mereka pun tak lantas menutupi keberadaan Aurora, melainkan justru merekalah yang membuat Aurora semakin terlihat bersinar cemerlang.
Selain itu, kehadiran kembali karakter Angkasa (Rio Dewanto) dan Awan (Rachel Amanda) yang turut membuat dinamika konflik yang hadir semakin mendalam dan dekat. Angkasa yang berusaha tampil sebagai kakak laki-laki yang memiliki tuntutan menjaga adik-adiknya, dan Awan yang ingin mengetahui lebih jauh apa yang terjadi pada Aurora memberikan konflik yang terasa lebih dekat dan relatable. Naluri melihat sang saudara sedang tidak baik-baik saja mereka menawarkan bantuan, sebuah bantuan bagi seorang yang sebenarnya tidak memerlukan bantuan. Perkembangan karakter keduanya hadir memaknai sebuah keluarga yang belum tentu saling mengenal, ditampilkan secara matang dengan resolusi yang tepat dalam memaknai dan menerima pilihan “rumah” dan “pulangnya” Aurora.
Jalan yang Jauh Jangan Lupa Pulang menyajikan cerita yang lebih matang, dewasa, dan penuh haru yang disajikan dengan padat dan tak terburu-buru dengan babak resolusi yang indah, hangat, dan menenangkan yang paralel dengan gelapnya malam kota London dan sempitnya Flat yang mereka huni selayaknya kisah Aurora itu sendiri.
Gubahan directing oleh Angga Dwimas Sasongko dan naskah kolaborasi bersama Mohammad Irfan Ramly hadir dengan kuat dalam menyampaikan gagasannya. Dalam segi teknisnya, Visinema tak perlu diragukan lagi, aspek teknis sinematografi, akting, dan pemilihan soundtrack yang tepat menjadi poin plus terhadap film ini.
Meskipun begitu, dalam beberapa bagian film ini yang hadir dengan alur tak linear dan paralel, hadir hit and miss dalam merangkai aspek naratifnya. Dalam beberapa kesempatan adegan-adegan flashback justru hadir mengganggu dan nyaru dengan adegan yang sedang berjalan. Bahkan rasanya penyelesaian masalah Aurora dan Jem pada babak akhirnya kurang digali lebih dalam bagaimana hubungan keduanya benar-benar tuntas.
Sedikit nitpicking, dalam situasi yang emosional saya rasa penggunaan sountrack justru kurang diperlukan dan rasanya akan lebih terasa mendalam jika adegan tersebut dibuat lebih sunyi untuk menciptakan rasa emosional yang lebih dalam pasca ledakan emosi.
Akhir kata, Jalan yang Jauh Jangan Lupa Pulang hadir sebagai sajian yang personal, dekat, hangat dan indah bagi mereka-mereka yang sedang mencari kata “pulang” dan “rumahnya” masing-masing. Suguhan yang menurut saya telah melampaui aspek film-film pendahulunya melalui penyajian akting yang spektakuler, narasi yang dibawanya, sangat hangat, dekat, dan personal.
Jalan yang Jauh Jangan Lupa Pulang tayang di bioskop sejak 2 Februari 2023.