Notulensi Kintalk 2 Februari 2023
Kintalk #2: Eksistensi Akun Review di Tengah Ekosistem Perfilman Indonesia
Kintalk merupakan kegiatan diskusi seputar isu dan industri perfilman yang dibuka untuk publik dan diadakan oleh Kineklub LFM ITB. Pada 2 Februari 2023 lalu, Kintalk hadir dengan membawakan tema “Eksistensi Akun Review di Tengah Ekosistem Perfilman Indonesia”. Kineklub melihat fenomena kritik populer tentang film yang sudah marak dilakukan oleh siapapun tak terbatas pada profesinya dilihat dari banyaknya akun review film di media sosial seperti Twitter dan Instagram. Tiap akun review tentunya memiliki gaya tersendiri dalam menyampaikan pemikirannya kepada audiens, mulai dari penggunaan bahasa, bentuk dan jenis karya, design, serta marketing akunnya. Kehadiran akun review dapat mempengaruhi pandangan audiens dalam melihat suatu film bahkan mempengaruhi keberhasilan dan pendapatan suatu film dari bioskop. Oleh karena itu, Kintalk kali ini mengundang 3 narasumber di balik akun-akun review besar di media sosial, yaitu Okky Achmad (Watchmen ID), Firda F. Nisa (Cinemuach), dan Aditya Mulya (MOVREVIEW) untuk berbincang-bincang tentang perkembangan akun review di Indonesia dan posisinya dalam industri film.
“Cerita awal mula masing-masing akun review sampai bisa dikenal orang?”
Okky: WatchmenID awal mulanya dari grup Whatsapp dimana isinya kebetulan sama-sama punya hobi nonton film dan udah jalan 4 tahun. Awalnya kita nonton film Laskar Pelangi dan kita sempet adu pendapat di grup itu karena berbeda selera film. Akhirnya kita nyoba hal yang lebih praktis yaitu coba kritik dan buat review di Twitter.
Firda: Aku beda sama Kak Okky sama Adit soalnya aku sendirian dan handle Twitter pribadinya pake nama aku. Di Twitter ketemu temen-temen yang interest sama, yaitu film. Latar belakang nama Cinemuach itu gara-gara aku suka film jadi aku ambil nama ‘cinema’ dan ‘muah’ sebagai kata sayang atau cinta terhadap sesuatu. Aku gak self proclaimed jadi film reviewer karena aku cuman jadiin platform aku sebagai hobi aja. Disini aku juga belajar nulis karena semakin kesini audiensnya semakin gede jadi aku lebih berlatih lagi tulisan aku.
Bobby: Awalnya gara-gara third acc IG. Aku dari SD hobi nonton sama nulis terus pas kelas 3 SMP aku bikin Movreview. Aku gaada ekspektasi gede buat akun ini dan anggap ini jadi hobi aja gitu, tapi pas pandemi jadi turning point akun aku dan engagement akun ini makin gede karena film-film pendek indonesia yang aku review
“Apa sih branding masing-masing akun review?”
Okky: Yang ngebedain adalah sistem scoring kami yang gak pak angka. Formula scoring kami merangkum dalam sebuah tulisan gitu karena orang-orang di sosial media tuh kan males baca dan lebih mengekspektasikan angka dalam sebuah film
Firda : Brand aku tuh sebenernya, aku gabakal ikut-ikutan yang udah banjir engagement di sosmed dan lebih rebel gitu dalam kontennya. Aku juga suka nonton dari festival film dan lebih berat ke film indie. Aku sangat picky dalam memilih film-film tersebut jadi audiens aku udah tau film yang sangat mencirikan aku tuh gimana. Aku transparan dengan score yang aku kasih terhadap filmnya tersebut
Bobby: Movreview lebih fokus di film-film Indonesia mulai dari film panjang ke film pendek, khususnya film pendek Indonesia yang belum tersentuh sama audiens Indonesia
“Etika dalam nulis dan publish review film itu gimana?”
Firda: Dengan angka yang aku punya sekarang aku harus lebih berhati-hati sama yang aku tulis dan harus beberapa kali baca konten yang aku bikin. Menurut aku, pendapat kalian itu valid meskipun beda dengan orang di sekitar kalian. Kita disini sebagai penonton yang mendukung ekosistem perfilman mau bikin ekosistem perfilman yang sehat. Kita coba berkaca ke filmmakernya juga, kalo si filmmakernya bisa bikin film sebebas-bebasnya, ya audiens yang mengkonsumsi hasil karyanya juga bisa ngekritik sebebas-bebasnya juga
Bobby: Aku pribadi makin kesini makin berhati-hati dengan diksi yang aku pilih
“Pengalaman dan kesempatan apa aja yang didapet selama menjalani akun review kalian?”
Firda: Opportunity yang aku dapet banyak banget. Bisa ketemu temen-temen yang minat sama, mahasiswa perfilman, dan bisa nambah relasi juga. Dapet kesempatan jadi programmer di Jakarta Film Week (JFW), ketemu banyak publicist dan pihak-pihak yang bersentuhan dengan industri film. Baru-baru ini, dapet kesempatan berkoneksi selama di Jogja-NETPAC Asian Film Festival (JAFF) dan itu dibayarin full sama JFW. Di situ aku bisa mempelajari industri secara langsung, kenal banyak filmmaker dan lead ke banyak opportunity dan pekerjaan. Aku sekarang di posisi bukan mencari pekerjaan, tapi pekerjaan yang mencari aku.
Bobby: Karena aku masih merintis jadi dapet ilmu untuk nulis dan desain grafis. Dari situ mulai dapet komentar tentang postingan dan selalu coba memperbaiki diri dan gimana caranya tulisannya bisa berkesan buat orang lain. Di Bandung, aku jadi bisa banyak ketemu sineas Bandung dan dateng ke screening di Bandung
Okky: Dapet nonton duluan, disitu ada pridenya juga. Ada 2 orang kenalan yang nulis di CVnya sebagai content creator di WatchmenID dan mereka jadi dapet kerjaan di tempat lain. Disitu saya seneng bisa ngasilin sesuatu yang berdampak ke orang lain. Ada juga yang bikin skripsi dari konten yang kami produksi. Meskipun ini hobi tapi ketika ini berefek ke banyak orang jadi seneng banget. Jadi bisa ketemu petinggi-petinggi PH tertentu, banyak belajar tektokan dengan perusahaan-perusahaan besar seperti Netflix
“Tips & trick untuk temen-temen yang mau merintis akun review?”
Okky: Tipsnya sederhana, harus suka nonton. Hal itu gak bisa dipaksakan, bakal ada pamrihnya. Suka review tanpa berharap lebih pada engagement. Kedua, konsisten. Ini yang susah, mungkin awal-awal semangat dan seneng, tiba-tiba ketika engagement turun langsung mau berhenti, dan itu salah. Akan lebih mudah kalo punya tim dan rekan sehobi dari sudut pandang saya, jadi kalo lagi jenuh bisa ada tim lain yang ngegantiin, sisanya nothing to lose
Firda: Harus suka nonton dan ngomongin film, konsisten, harus nemuin branding kalian sendiri yang akan membedakan dengan yang lain, selalu cari jalan yang lain, nothing to lose. Pinter-pinter cari penyampaian yang cocok sama audience, banyak akun review baru yang polanya sama jadi sulit standout
Bobby: Kuncinya konsisten. Pastinya harus suka nonton, menjalankan segala sesuatu dengan ikhlas tanpa pamrih, ingat tujuan awal bikin akun review buat apa, kalo bisa membagikan cerita aja masalah diterima orang atau gak ya belakangan. Tentuin platform apa yang pengen didalemin dan kalian harus nyaman. Pelan-pelan aja yang penting lama-lama bakal jadi sebuah gunung pengalaman dari akun review ini