Pengabdi Setan 2: Pesta Teror di Layar Lebar
Ditulis oleh Jeremy Ethan dan Athallah Farrelitavio
Pada awal bulan Agustus ini teater di Indonesia kembali diramaikan dengan sekuel dari Pengabdi Setan (2017). Film yang disutradarai oleh Joko Anwar ini, Pengabdi Setan 2: Communion merupakan film pertama di Asia Tenggara yang menggunakan teknologi IMAX untuk memberikan pengalaman yang lebih mendalam bagi penontonnya dengan layar yang lebih besar daripada layar bioskop pada umumnya. Pengabdi Setan 2: Communion juga telah berhasil mendatangkan kurang lebih 2 juta penonton dalam kurung waktu 4 hari.
Tapi selain pencapaian-pencapaian tersebut, sebenarnya bagaimana performa film ini?
Secara naratif, film ini mengisahkan mengenai keluarga Bahri Suwono (Bront Palarae), atau yang biasa dipanggil Bapak, yang telah pindah tempat tinggal ke rumah susun bersama dengan ketiga anaknya yakni Rini (Tara Basro), Toni (Endy Arfian), dan Bondi (Nasar Anuz) setelah kejadian yang mereka alami di Pengabdi Setan yang pertama. Pada rusun inilah kita bertemu karakter-karakter baru seperti Tari (Ratu Felisha), Dino (Jourdy Pranata), Wisnu (Muzakki Ramdhan), dan beberapa karakter lainnya. Sampai akhir film, akan masih terdapat beberapa karakter yang dirasa oleh penonton kurang dekat. Hal ini dikarenakan kurangnya durasi untuk mengeksplorasi karakter-karakter tersebut. Beberapa karakter baru yang muncul dirasa hanya sebagai sarana atau justifikasi untuk menciptakan adegan-adegan jumpscare yang disuguhkan kepada penonton. Tetapi terdapat juga beberapa karakter yang semakin kita kenali pada film sekuel ini seperti karakter Batara (Fachry Albar) dan Darminah (Asmara Abigail).
Babak pertama penceritaan yang dilakukan Joko Anwar sudah sangat baik dalam membangun impresi suasana rusun yang kacau balau kepada penonton. Hal ini juga dapat dilihat kembali pada adegan elevator bagaimana Joko Anwar dapat membangun dengan baik suatu adegan yang seru dan mendebarkan. Babak pertama juga sudah baik dalam menyiapkan jawaban atas terjadinya suatu kejadian di babak kedua atau ketiga cerita. Memasuki babak penceritaan lebih lanjut, fokus film bergeser dari pengembangan cerita menjadi pembangunan jumpscare. Terdapat beberapa jumpscare yang membuat kita mempertanyakan mengapa seorang karakter mengambil tindakan yang dirasa kurang masuk akal untuk dilakukan oleh orang biasa. Unsur politik yang disisipkan oleh Joko Anwar pada film ini dapat dibalut dengan baik. Pertanyaan-pertanyaan yang timbul di Pengabdi Setan tidak semuanya dapat dijawab pada film ini malah Pengabdi Setan 2: Communion menimbulkan lebih banyak pertanyaan-pertanyaan baru bagi penonton.
Mise en scene pada film sekuel ini dapat dikatakan lebih baik daripada film sebelumnya dengan teknik sinematografinya yang eksploratif. Pergerakan kamera yang digunakan sangat membantu terbangunnya rasa dag dig dug saat sedang menonton apalagi saat karakter di film sedang mencari jawaban-jawaban terhadap misteri atau hal-hal yang mengganjal. Permainan cahaya yang menggunakan pencahayaan yang minim seperti senter, lilin, korek, maupun lampu-lampu di rusun sangat membantu pembangunan suasana tegang pada film ini. Kostum, properti, riasan, dan latar rusun yang digunakan juga sangat meyakinkan dan menambah kengerian saat menonton. Computer-generated imagery yang digunakan pada film ini tidak berlebihan dan terlihat cukup meyakinkan sehingga efek-efek tersebut dapat mendukung penceritaan film. Score atau sound effect yang menemani sepanjang perjalanan film juga sangat membantu untuk selalu memacu suasana seram atau seru dari film ini.
Perjalanan menonton film horor yang satu ini tentunya kurang lebih menegangkan, seru, dan menyeramkan tetapi ternyata pada film sekuelnya ini terdapat unsur humor yang tidak dapat kita ditemukan di film pertamanya. Humor yang disuguhkan sangat baik dan tepat sasaran, tidak ada satupun humor yang diberikan pada film ini yang terasa seperti dipaksakan. Secara suasana, film sekuel ini cukup mengingatkan pada film IT (2017) yang dimana gangguan yang dialami oleh karakter pada film ini adalah gangguan akibat masalah personal yang pernah dilalui karakter tersebut. Situasi dimana karakter terjebak dalam rusun karena hujan badai dan banjir juga dirasa mirip dengan situasi karakter IT dimana mereka anak-anak yang tentunya tidak bisa keluar dari kota yang mereka tinggali karena umur mereka yang masih muda. Suasana yang mirip dengan suasana di film IT (2017) ini tentunya tidaklah buruk melainkan menjadi langkah yang baik untuk menambahkan ketegangan dan keseruan saat menikmati film ini karena karakter-karakter di film Pengabdi Setan 2: Communion tidak dapat kabur begitu saja dari rusun dan harus menghadapi gangguan-gangguan yang ada.
Secara keseluruhan, Pengabdi Setan 2: Communion adalah sekuel Pengabdi Setan 2 yang dapat ditonton pada layar yang lebih besar daripada biasanya dan tentunya lebih baik daripada film sebelumnya. Film ini tentunya dapat dikatakan sebagai salah satu film horor terbaik dari Indonesia yang lebih seru tentunya jika ditonton di layar lebar dengan sound system yang menggelegar!
Pengabdi Setan 2: Communion | 2022 | Sutradara: Joko Anwar | Produksi: Rapi Films, Brown Entertainment, Sky Media | Negara: Indonesia | Pemeran: Tara Basro, Bront Palarae, Endy Arfian, Ratu Felisha, Nasar Anuz, Egy Fedly, Jourdy Pranata, Muzakki Ramdhan