Petite Maman: Motherhood in Child’s Soul and Exploration on The Hut of Memories

Kineklub LFM ITB
4 min readMar 5, 2022

--

Masa kecil. Oh, masa yang sungguhlah indah. Di kala itulah, semua memori menyenangkan hadir tanpa pilu. Tak banyak sedih yang harus dirasakan. Hanya bermain bola, membuat kue, atau sekadar berjalan di tengah-tengah alam yang rindang. Itulah yang disajikan Celine Sciamma dalam film terbarunya, Petite Maman. Ia mencoba membawa penonton kepada masa kecil yang sederhana dalam 74 menit yang sungguh menyentuh hati. Mungkin, kisah masa kecil ini sudah biasa. Bagaimana kita mengikuti keseharian mereka dengan penuh tawa bahagia. Hal yang berbeda dan menarik ditawarkan Sciamma disini adalah bagaimana ia mengorelasikan hubungan ibu dan anak ditilik dari masa kecil yang dijalin bersama-sama. Apa yang kamu lakukan jika kamu bertemu dengan versi masa kecil dari ibumu?

“Aku datang dari jalan di belakangmu.”

Menceritakan Nelly (8 tahun) dan keluarganya yang harus pergi membersihkan rumah neneknya karena neneknya itu telah tiada. Di saat orang tuanya sedang membersihkan rumahnya, Nelly bermain dengan anak seusianya bernama Marion yang ternyata merupakan ibunya sendiri versi masa kecil. Konsep cerita yang menarik, bukan? Ketika khayalan semata mengenai ibu semasa kecil sempat terbersit, bagaimana perbedaan kehidupan di zaman dahulu dan sekarang. Terpikirkan dalam otak Nelly sebelum lelap berubah menjadi pertanyaan-pertanyaan yang dilontarkan kepada ibunya. Hingga, suatu hari, khayalan tentang memori masa kecil itu benar-benar terjadi pada dirinya. Seperti konsep time-travel yang tak punya bahan futuristik yang pasti, tetapi ceritanya lebih punya andil untuk membawakan itu semua seperti nyata. Nyata berada di belakang kita.

Durasinya yang mungkin cukup singkat ini memang hanya menampilkan rentetan peristiwa sederhana yang terjadi pada anak usia 10 tahun-an. Sciamma tak mau Petite Maman mengambil isu sosial seperti konsepsi ras, gender, dan kelas dalam lingkungan Prancis di Girlhood (2014) atau cinta sesama jenis dari dua perempuan yang ditimbulkan Portrait of A Lady on Fire (2019). Ia cukup hadir menjadi pengalaman personal yang bisa dirasakan penonton secara general. Walau banyak momen manis bisa berpotensi hadir lebih lagi, setidaknya Sciamma bisa menawarkan rasa hangat antara dua anak-anak membentuk sebuah hubungan yang terikat sampai keduanya tumbuh hingga dewasa.

Sciamma mengambil dua peran wanita sebagai tokoh utama kembali. Ketika film sebelumnya ‘Portrait of A Lady on Fire’ menampilkan dua perempuan yang menimbulkan romantika kuat di antara dua hati yang saling bertemu, ‘Petite Maman’ seperti judulnya yang berarti ibu kecil memberikan kesempatan kepada dua perempuan untuk menautkan dua kebahagiaan anak-anak agar membaur dengan baik, walau harfiahnya mereka adalah seorang ibu dan anak. Meskipun begitu, ada perbedaan antara Josephine dan Gabrielle Sanz yang ternyata kembar dalam kehidupan aslinya. Marion yang lebih tua setahun dari Nelly sudah mencirikan kedewasaan yang tinggi memang sudah menjadi wanita yang melakukan dan melayani segalanya secara mandiri.

“Rahasia tak hanya menyoalkan hal-hal yang tersembunyi.”

Di tengah gugurnya daun-daun coklat itu, masa kecil ini justru mengungkap rahasia di balik tiap manusia. Semuanya mempunyai rahasia, bahkan sekecil semut atau sekelebat bayangan pun mempunyai rahasia akan makna di baliknya. Simbolik Sciamma menggabungkan perasaan dari hati manusia yang tak lupa akan lingkungan di sekitarnya. Macan kumbang hitam datang membawa Nelly menuju pengalaman yang tak pernah ia lupakan, mengeksplor perasaan ibunya yang selama ini dipendam tentang pilu karena meninggalnya nenek Nelly yang ia sayangi sekaligus membuka tabir memori tentang masa kecil Marion disini. Lewat momen sederhana dari memasak, mengeringkan mantel, sampai bermain peran, Marion dan Nelly saling mengungkapkan perasaan mereka. Nelly bisa kembali melihat neneknya yang belum sempat ia ucapkan perpisahan akan kepergiannya. Marion mencoba mengatasi kesendiriannya dengan terus bersama Nelly, merangkai senyum di balik operasinya yang sebentar lagi ia jalani. Sciamma dan peran anak-anaknya disini sungguh ingin menawarkan kedewasaan mereka yang hakiki walau masih berusia sangat muda.

Visual tengah hutan ini pun sangat meneduhkan. Alamnya yang direkam kebanyakan dalam wide-shot melihat dua anak yang sedang membangun rumah-rumahan sederhana dari kayu. Coklatnya daun itu menambah kecantikan dan keotentikan dari dramanya yang ciamik. “La Musique da Futur” menjadi musik favorit penulis dimana saat lagu ini, Sciamma mengarahkan kameranya untuk merekam sebuah perpisahan yang indah dan diselipkan bermain kano di sungai yang menghanyutkan perasaan penonton. Suara menggelegar dari orkestra yang ada hanya bisa menyentuh ketika kamu merasakan sinematiknya bioskop. Ayo, jangan sia-siakan pengalaman menonton sederhana, tetapi penuh dengan hati ini. What a simple, but touching move, Sciamma!

‘Petite Maman’ walau singkat adalah pengalaman menonton yang paling menyentuh. Konsep menarik memadukan kasih sayang seorang ibu dengan masa kecil yang penuh kebahagiaan tercirikan lewat dua tokoh Marion dan Nelly yang secara kesinambungan terus mencercahkan cinta di antara keduanya. Bukan sebagai pasangan kekasih, tetapi dua perempuan kecil yang saling mengisi kekosongan hidup yang penuh hal-hal tersembunyi di baliknya. Harus ditonton di bioskop. Terbatas di beberapa daerah, mari saksikan sebelum turun layar. Jangan lupa ajak mama-mu. #NontonBersamaMama.

-written by Bobby (kru ‘21)-

--

--

Kineklub LFM ITB
Kineklub LFM ITB

Written by Kineklub LFM ITB

Kanal diskusi, kritik, dan apresiasi film oleh kru Liga Film Mahasiswa ITB. https://linktr.ee/kineklub

No responses yet