REALITY CHECK WITH DON’T LOOK UP
Sindiran sosial dan tamparan realita untuk menyambut tahun baru.
Don’t Look Up menceritakan kisah perjuangan dua ilmuwan bernama Dr. Randall Mindy (Leonardo DiCaprio) dan Kate Dibiasky (Jennifer Lawrence). Mereka menemukan komet sebesar dua kali asteroid pemusnah dinosaurus yang secara saintifik sudah diperhitungkan akan menghantam bumi dan manusia dipastikan akan punah. Namun, perjalanan mereka tentunya tidak semudah itu ketika dihantam dengan tantangan realita. Tidak perlu banyak berimajinasi realita fiktif, cukup kenyataan zaman sekarang! (((hati-hati dengan spoiler di paragraf berikutnya)))
Penemuan mereka dilanjutkan dengan usaha untuk mengeskalasikan isu kepada pemerintah. Ditanggapi secara tidak serius, mereka mencari celah untuk bersuara melalui media press. Namun hal tersebut juga tidak berjalan sesuai rencana. Singkat cerita bergejolaknya situasi politik, toxic-nya media sosial, power abuse, dan maraknya kapitalisme menghambat perjuangan mereka untuk ‘berusaha’ mencegah kehancuran dunia. Hingga akhirnya, prediksi itu benar terjadi. Boom!
Plot film ini menurut saya di awal sangat ketebak. Jangankan saya berpikir ending yang bahagia ala film superhero dimana suatu pihak dapat secara magis berhasil mencegah komet untuk memusnahkan manusia. Komet itu pasti nabrak pikir saya, manusia bisa apa memangnya? Awalnya memang skeptis. Namun unexpectedly sepanjang menonton saya tidak sedikit pun bosan. Kenapa?
Pertama Adam McKay tidak neko-neko dalam menyindir realita sosial saat ini. Dari guyon dan korupnya administrasi pemerintahan amerika serikat, ‘power abuse’-nya pemerintah ketika dikendalikan bisnis, fenomena ‘viral’ di media sosial yang menenggelamkan isu-isu penting, perpecahan masyarakat dan politik ketika menghadapi krisis, hingga yang terpenting susahnya memperjuangkan suara. Hal ini pun banyak digambarkan melalui detail-detail kecil secara brilian!
Kedua, meskipun memang intisari dari film ini berkutat pada isu sosialnya, namun film ini berhasil menabrakkan konsep yang serius dengan balutan komedi. Highlight dari unsur komediknya terletak pada dialog, tingkah laku dan interaksi antar karakternya. Hal ini juga tentu didukung oleh performa brilian dari aktor-aktor sekelas Jonah Hill, Meryl Streep & Mark Rylance yang mampu membuat penonton ‘greget’ dengan karakter-karakternya. Selain itu, gaya sinematografi dengan potongan-potongan cepat pada film ini juga turut membuat film terasa ringan dan ‘engaging’.
Apa yang bisa dipelajari dari Don’t Look Up?
Dari film ini kita dapat menyelami lebih lanjut sifat-sifat dasar manusia. Ketika dihadapi tantangan dan kesulitan, manusia menguji batas kesabaran mereka untuk tidak menyerah. Ketika diberikan kekuasaan, manusia dapat bertindak semena-mena mereka. Ketika dihadapi peluang, keserakahan dapat datang tanpa memikirkan orang lain. Ketika dihadapi ketidakpastian, manusia cenderung untuk mengabaikannya hingga ada konsekuensi jelas yang mereka lihat. Ketika akhirnya dihadapi kekacauan, semua lepas kendali dan memikirkan kepentingan masing-masing. Tentu siapa yang tidak panik kalau ada berita bahwa 6 bulan lagi kita akan punah? Film ini menyatakan bahwa pada situasi seperti itu tantangan tersulit ada pada kesatuan umat manusia sendiri.
Pelajaran yang tidak kalah penting tentunya berupa sulitnya menyuarakan kebenaran. Hal ini tentu menjadi relevan ketika dihadapi realita saat ini dengan tantangan media sosial dan korupnya (sebagian) pemerintahan. Ya, mungkin kita bisa lihat sendiri di sekitar kita, seperjuangan apa untuk bersuara demi keadilan atau keselamatan bersama. Dimulai dari kasus-kasus seperti kekerasan seksual, power abuse, praktik korupsi hingga skala global seperti ancaman perubahan iklim (yang tentu bisa dikaitkan dengan pesan ‘kepunahan’ pada film ini). Film ini telah menyadarkan (lagi) bahwa untuk memperjuangkan suara sekritikal itu perlu didukung oleh kesadaran dan kesatuan rakyat, hingga akhirnya sudah terlalu terlambat dan konsekuensi itu tidak dapat dicegah.
‘The real power belongs to the people’ — Greta Thunberg
Secara konklusi, film ini sangatlah direkomendasi untuk ditonton terutama untuk generasi ‘agents of change’ saat ini. Pembawaannya yang ringan tetap mampu menyampaikan pesan yang krusial dan relevan dengan kondisi saat ini. Meskipun demikian anda akan tetap terhibur dengan ‘absurd’nya adegan-adegan dan karakter-karakter brilian pada film ini. Definitely a rewatchable piece of art!
- written by Nadhif (kru 18) -