Review: Black Widow (2021)
Selama kurang lebih 2 tahun, Marvel Studios absen merilis satu pun film ke bioskop akibat pandemi yang melanda. Bioskop pun menjadi salah satu tempat yang ditakuti oleh masyarakat, dan akibatnya, Black Widow yang seharusnya akan menjadi pembuka MCU Phase 4, harus diundur lebih dari setahun. Setelah Marvel Studios merilis beberapa show di Disney+, kini Black Widow siap untuk menjadi film perdana Marvel tahun ini. Cukup terasa berat ya hype yang dipikul oleh Black Widow ini.
!!!SPOILER ALERT!!!
Ternyata mayoritas latar cerita film ini terjadi setelah kejadian Civil War dimana para superhero dilarang dan harus diawasi oleh pemerintah. To be honest, gue punya ekspektasi dengan tokoh Red Guardian yang diperankan David Harbour ini. Gue pikir tokoh ini akan menjadi tokoh yang konyol dan keren. Tetapi yang gue temukan adalah hanya konyol. Sangat banyak berbicara dan tidak memberi dampak yang signifikan dalam pertempuran. lbarat seperti tim perame saja. Berbeda dengan Melina (Rachel Weisz) yang sangat membantu strategi untuk mengalahkan Dreykov. Walaupun diperkenalkan lebih lambat dari Alexei, menurut gue Melina lebih banyak terlibat dalam keberjalanan cerita spionase ini. Tidak kalah juga dengan Yelena yang menjadi pusat perhatian di film ini karena performanya yang sangat baik. la memiliki chemistry dengan Natasha dan memiliki jokes yang work tentang pose Natasha.
Tokoh antagonis di film ini bukanlah hanya Dreykov, tetapi ada Taskmaster, yang mana merupakan salah satu tokoh villain yang sangat keren di komiknya. Villain satu ini memiliki keahlian untuk memimik pergerakan musuh. Dan sebagai orang yang menonton trailer film ini, gue merasa segala adegan copying Avengers sudah diperlihatkan semua di trailer-nya. Terasa bosan? lya. Tidak lupa dengan hal yang sangat disayangkan. Tokoh sekeren Taskmaster dibuang begitu saja oleh Marvel dengan membuatnya sebagai “babu”/anak dari Dreykov.
Oke. Tampaknya film ini menyajikan cerita yang belum pernah kita dengar sebelumnya. “Apa yang selama ini Natasha lakukan?”. Tetapi kalau dipikir lagi, film ini tidak begitu memberikan arti yang banyak. Terasa “filler” padahal film ini bertujuan untuk menghormati karakter Black Widow yang layak dibuatkan film. Natasha sendiri sebenarnya tidak memiliki tujuan selain melarikan diri di awal film. la baru memiliki tujuan untuk membunuh Dreykov pada menit ke-40an. Tidak heran jika terasa hampa selama separuh jalan film.
Selama keberjalanan di film ini, tidak ada perasaan “dag dig dug”. Karena kita semua tahu, bahwa Natasha akan mati di Avengers Endgame. Dan tentu karakter baru seperti Yelena, Red Guardian, dan Melina tidak akan dibuang begitu saja oleh Marvel. Cara penceritaan film ini juga membosankan, entah karena perasaan “filler” tadi atau kronologi yang tidak begitu “manteb”.
Hal yang perlu diapresiasi adalah fighting choreography-nya. Terinspirasi dari The Raid, Black Widow memang menampilkan action yang berbeda dari film-film Marvel yang sebelumnya. Tone di film ini pun cenderung lebih dark untuk sebuah film Marvel. Overall, film ini tidak mencapai potensi maksimumnya namun tetap enjoyable untuk ditonton. Apalagi bagi yang kangen dengan keberjalanan film MCU.
-written by KH (kru’19)-