Broker: Perjalanan Memaknai Kehidupan

Kineklub LFM ITB
3 min readJun 17, 2022

Ditulis oleh Samuel (Kru ‘21)

Sejak kita lahir, kita langsung bersinggungan dengan komunitas kecil yang bernama keluarga. Orang pertama yang kita lihat dan yang melihat kita barangkali adalah ibu dan ayah kita. Mereka menanti-nantikan kelahiran kita, peduli dengan kita dari kita lahir, sayang kepada kita, menuntun kita hingga beranjak dewasa. Menjalani kehidupan sehari-hari, keluarga juga selalu menemani kita. Ikatan darah memperkuat dan mempererat hubungan itu, membuat satu sama lain tidak terpisahkan. Pada kenyataannya, istilah ‘keluarga’ tidak hanya berdasarkan ikatan itu. Orang-orang yang sangat dekat dengan kita bisa kita anggap sebagai keluarga. Orang-orang yang mengerti kita dan menyayangi kita sangat bisa kita sebut sebagai keluarga. Semuanya ini dituturkan oleh Hirokazu Kore-eda di Broker.

Di awal-awal, kita mungkin merasa bingung dan kesal dengan seorang ibu yang membuang anaknya, dengan harapan si anak diasuh oleh orang yang lebih layak. Anak itu selanjutnya diambil dan mulai diasuh oleh dua orang makelar yang berencana akan menjual anak itu. Perlahan, kita diajak untuk mengerti sambil mengikuti perjalanan panjang dua orang makelar itu bersama si ibu untuk mencari orang tua pengasuh yang lebih baik, yang ternyata mereka diikuti diam-diam oleh dua orang polisi.

Muncul pertanyaan di benak kita. Bagaimana dan mengapa si sutradara mengangkat cerita ini? Selama perjalanan mereka sepanjang dua jam, pertanyaan itu terjawab perlahan, dan kejadian demi kejadian membuka pertanyaan-pertanyaan lain serta menimbulkan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan itu. Seperti sebelum-sebelumnya, Kore-eda menelusuri banyak sisi kehidupan. Lewat seorang ibu dan anaknya, dua orang makelar, seorang anak yatim, dan dua orang polisi yang mengikuti mereka, Kore-eda mengajarkan apa artinya kelahiran di dunia ini, apa artinya keluarga dan kebersamaan bagi satu sama lain, apa artinya menjadi seorang ibu, orang tua, apa artinya seorang anak, apa artinya hati nurani bagi manusia, dan ‘tali benang’ yang menghubungkan semuanya itu.

Kore-eda betul-betul mempertajam makna kelahiran. Woo-sung, si bayi, adalah perwujudan dari apa sebenarnya makna kelahiran itu. Pertanyaan-pertanyaan seperti ‘apakah saya perlu untuk dilahirkan?’ atau ‘apakah saya sebaiknya tidak usah dilahirkan?’, mungkin adalah dua dari beberapa pondasi dari narasi yang ingin dituturkan Kore-eda. Lewat awal dan akhir film, kita akhirnya mengerti apa itu arti kelahiran lewat Woo-sung dan seberapa berartinya dia bagi ‘keluarga’ kecil itu dan dunia ini.

‘Keluarga’ kecil yang dimaksud bukanlah keluarga dalam arti harfiah. Mereka berlima berasal dari latar belakang yang berbeda, memiliki karakter dan tujuan hidup yang berbeda. Karakter dan isi hati terdalam dari setiap mereka diperlihatkan secara perlahan. Perjalanan yang panjang dengan mobil van membuktikan bahwa mereka bisa hidup bersama dan menunjukkan makna kebersamaan dan keluarga. Kore-eda sekali lagi memperjelas bahwa keluarga tidak mesti dengan ikatan darah dan kita bisa memilih sendiri ‘keluarga’ itu.

Kombinasi aspek teknis dari orang-orang di balik Broker terbukti adalah yang terbaik, terutama keindahan sinematografinya dan musiknya yang sedikit, tapi sangat menusuk. Kore-eda berhasil merangkai skrip yang menuju sempurna dengan arahan-arahan tipikal miliknya. Taburan pemain bintang tidak sia-sia, dengan Lee Ji-Eun yang menunjukkan dirinya menjadi salah satu yang terbaik, walaupun memang, Song Kang-Ho berada di level yang lain.

Broker adalah tentang kehidupan, tentang kelahiran, kebersamaan, keluarga, dan hati nurani. Sempatkan waktu untuk menontonnya. Banyak arti hidup yang bisa dimaknai, kenyataan hidup yang bisa dipertanyakan, dan pertanyaan tentang hidup yang bisa dijawab. Berharap film ini ditonton oleh semua manusia yang terlahir di dunia. Sekali lagi, terima kasih sudah terlahir.

--

--

Kineklub LFM ITB

Kanal diskusi, kritik, dan apresiasi film oleh kru Liga Film Mahasiswa ITB.