Review: Wonder Egg Priority (2021)

Kineklub LFM ITB
3 min readJul 4, 2021

Setiap manusia mempunya sosok yang berharga dalam hidupnya, baik yang disadari saat pertama kali bertemu atau justru keberhargaan itu disadari setelah kita kehilangan sosok tersebut. Bagaimanapun keberhargaan itu muncul, kehilangan sosok tersebut akan menciptakan bencana hati serta pikiran yang begitu masif. Bila mempunyai kesempatan lagi untuk bertemu orang tersebut, apa saja akan dilakukan. Apa saja. Walau terdengar mustahil, apabila itu dijanjikan, apa saja, akan dilakukan, seolah harapan bangkit kembali.

Kalimat di atas sebenarnya tidak cukup mewakili pengalaman saya berlari bersama Ai , dalam Wonder Egg Priority (a.k.a. WEP). Ketika saya pertama kali melihat poster anime ini, impresi saya adalah cantik sekali dan ceritanya seperti akan sangat kanak-kanak. Dan juga ada sedikit percikan ekspektasi bahwa akan hadir hal yang tak terduga. Itu karena anime ini adalah rekomendasi teman saya dan katanya ini bagus sekali.

WEP menyambut penontonnya dengan visual yang lemah lembut, membuat seketika saya jatuh cinta, lebih tepatnya terhipnotis. Musik-musik latar yang mengisi kekosongan setiap scene yang minim percakapan dan gerakan, serta meledakkan emosi, saya rasa perfect sekali di sini.

Serasa berlari di taman bunga sepi sambil mendengarkan lagu yang dipilih berdasarkan emosi. Bila menontonnya pertama kali, episode 1 WEP sedikit membingungkan dan dirasa aneh sekali. Namun bila dilihat dengan seksama, cerita WEP dibuka begitu to the point yang menjawab “WHAT & WHY”, “Apa itu wonder egg?”, “Kenapa wonder egg?”, dan “Kenapa psychological horror?”.

Ketika berlari lebih jauh dan semakin jauh, WEP merombak habis-habisan impresi pertama saya. Episode demi episode, saya seperti babak belur oleh kejutan dan makna yang mendalam. WEP begitu dalam. Seperti anak bocah yang salah masuk kolam, dia berenang di kolam berenang dewasa dan megap-megap. Pendalaman karakter setiap tokoh saya rasa sangat menarik. Tiap tokoh mempunyai latar belakang yang unik dan masalah yang sangat personal, yang kemudian menjadi jalan bagi tiap tokoh belajar memahami satu sama lain. Tokoh-tokoh di dalam WEP adalah remaja-remaja yang menyelam dalam dunia yang terlalu dini, dunia kehidupan yang terlalu dewasa dan berat, yang remaja umumnya belum bisa alami. Namun, apa yang terjadi di anime ini, semua sangat bisa terjadi bahkan beberapa saya yakin sudah terjadi.

Simbol. Saya yakin bahwa ada banyak simbol dalam anime ini, walaupun tidak tahu begitbanyak arti sesungguhnya. Namun hal itu membuat saya sangat antusias dan berlari dengan lebih cermat. Seperti telur yang saya rasa menggambarkan kehidupan dan wanita (ovum). Ai yang selalu memakai hoody seperti bersembunyi dan seperti telur itu sendiri. dan lain sebagainya.

WEP merupakan anime minim laki-laki yang pertama kali saya tonton. Menyinggung tentang laki-laki, saya jadi teringat. Setiap terdapat kemunculan tokoh laki-laki, mereka selalu muncul sebagai penjahat dan sumber trauma. Pria digambarkan seolah-olah selalu jahat dan menjadi sebuah ancaman. Ironisnya, ketika muncul sosok maskulin yang baik hati dan perhatian, dia hanyalah wanita dengan perilaku dan peawakan seperti pria. Jumlah wanita yang ramai dan pria yang begitu minim seperti seolah-olah mengintimidasi pria. Namun, sebagai laki-laki, hal ini justru membuat saya merefleksikan diri, akan apa yang jahat mengenai lelaki dan membuat saya mendengar sepenuhnya cerita ini seperti wanita yang sedang bercerita.

WEP mengajarkan bagaimana menghadapi dan menghargai kehidupan. Bagaimana kita harus memanfaatkan waktu dan menjalin hubungan sebaik mungkin dengan orang yang kita cintai. Belajar untuk tidak kembali mengulangi kesalahan dan harus ada tindakan serta pembelajaran yang mengikutinya. Serta, berusaha menerima kenyataan karena WEP hanyalah fiksi dan tidak bisa benar-benar terjadi.

WEP adalah olahraga hati. Kadang sangat lucu dan kadang sangat depressing. WEP harus ditonton sepenuhnya, bukan setengah-setengah karena mengandung konten suicidal dan agar nilai moralnya sampai.

“Our greatest objective is…

“…Wonder…”

“…Egg…”

“…Priority.”

Kata kunci:

[ lahir — keluarga — teman — sahabat — cinta — kekuatan — kelemahan — trauma — kesalahan — kesempatan — pahlawan — cemburu — kehilangan — pembelajaran]

-written by Nathnil (kru’18)-

--

--

Kineklub LFM ITB

Kanal diskusi, kritik, dan apresiasi film oleh kru Liga Film Mahasiswa ITB.