Shin Kamen Rider: HENSHIN!
Ditulis oleh Pavitra (Kru’22)
Setelah sukses menyutradarai Evangelion 3.0+1.0 Thrice Upon a Time (2021) dan franchise film “Shin” seperti Shin Godzilla (2016) dan Shin Ultraman (2022), Hideaki Anno kembali menghadirkan karya terbarunya yang berjudul “Shin Kamen Rider”. Film ini bercerita tentang seorang pemuda bernama Takeshi Hongo yang diculik dan diubah menjadi cyborg belalang. Dengan kekuatan barunya, ia harus melawan organisasi jahat misterius bernama SHOCKER untuk melindungi seluruh umat manusia.
Shin Kamen Rider tampil memukau dengan gaya penyuntingan khas Hideaki Anno yang memberikan kesan nostalgia serta tak luput memberi pembaruan dari segi efek visual. Hal ini memberikan kesegaran baru bagi para fans setia yang telah lama menanti pahlawan satu ini. Film ini pun tidak setengah-setengah dalam menampilkan gore yang jarang sekali terlihat di seri Kamen Rider sebelumnya. Anno sendiri memperlihatkan keseriusannya dalam menggarap film ini, mengingat tak mudah merangkum adaptasi serial TV klasik yang memiliki kurang lebih 90 episode.
Membicarakan Kamen Rider, rasanya kurang jika tidak membahas aksi yang ditawarkan di film ini. Bisa dikatakan bahwa Hideaki Anno telah berhasil dalam membawa kembali sang pahlawan ke layar lebar. Adegan pertarungan antara sang pahlawan bertopeng dengan musuh-musuhnya berlangsung dengan sangat meriah. Adegan kejar-kejarannya pun ditampilkan dengan sangat apik.
Selain itu, melalui soundtrack-nya, film ini membawa kita kembali bernostalgia di era dimana seri Kamen Rider pertama kali ditayangkan, karena sebagian besar scoring di film ini diambil dari seri orisinalnya.
Beberapa aspek lain yang menonjol dalam film ini adalah cara film ini menangkap setiap adegan melalui angle-angle yang cenderung eksperimental dan cukup ekstrem bagi penonton awam. Hal ini memberikan kesan absurd, tetapi juga memiliki rasa yang khas. Terlihat bahwa Anno sendiri tidak ingin diam dalam zona nyaman dan ingin mencoba hal baru. Efek visual yang ditawarkan juga tidak bertele-tele. Contohnya, saat Takeshi Hongo berubah menjadi wujud rider-nya, efek transformasi dari kostum augment-nya terkesan pas dan ga lebay
Sayangnya, film ini memiliki alur yang terburu-buru sehingga kehilangan salah satu aspek penting dalam suatu cerita, yaitu pembangunan karakter. Beberapa adegan yang seharusnya memancing simpati dan emosi audiens justru mengundang gelak tawa, seperti saat pengenalan karakter Hayato Ichimonji, Rider kedua yang diperankan oleh Tasuku Emoto.
Shin Kamen Rider mungkin bukanlah film yang sempurna, tetapi film ini berhasil mengobati rindu para fans setianya. Cerita yang kompleks serta tone yang gelap dan berdarah-darah menjadikan Shin Kamen Rider sebagai representasi dari jiwa Kamen Rider, tak luput dengan pesona retro yang dipertahankan sejak pertama kali franchise ini dirilis dengan tambahan sentuhan modern.