The Batman: Coming of Age Sang Manusia Kelelawar

Kineklub LFM ITB
3 min readMar 5, 2022

--

Setelah 10 tahun menanti, akhirnya kita kembali disajikan dengan film solo Batman. Kali ini, dengan judul The Batman, film sang kesatria kegelapan di garap oleh Matt Reeves, yang dahulu pernah menjadi sutradara film Dawn of The Planet of The Apes.

Sempat dirumorkan akan melanjutkan kisah DCEU, film ini ternyata sama sekali tidak mempunyai hubungan dengan film-film keluaran DC sebelumnya. Meskipun begitu, film ini tidak menceritakan origin dari Batman karena kejadian pembunuhan kedua orang tua nya tampaknya sudah terlalu sering diperlihatkan di film-film Batman sebelumnya. Garapan terbaru Matt Reeves ini bercerita tentang perjalanan awal dari kisah manusia bertopeng sebagai pembasmi kejahatan selama 2 tahun di kota penuh kekacauan, Gotham. Disini diperlihatkan Batman yang masih menyimpan dendam, murung, dan juga pendiam. Film ini mengajak kita untuk melihat proses pendewasaan Batman, yang awalnya dikenal sebagai orang yang main hakim sendiri, hingga menjadi sosok pahlawan yang diharapkan Gotham. Proses pendewasaan tersebut dapat terlihat dari sifat Bruce Wayne di film ini yang hampir tidak ada bedanya dengan Batman. Sifat ini berbeda dari Batman yang biasa kita kenal, yaitu memiliki dua kepribadian berbeda sebagai Bruce Wayne dan Batman. Hal itu mengisyaratkan bahwa film ini memperlihatkan Bruce Wayne yang masih belum lepas dari trauma masa kecilnya, yang membuat dirinya selalu terlihat murung. Bersama James Gordon yang diperankan oleh Jeffrey Wright, Batman berusaha memecahkan serangkaian misteri dari kasus-kasus pembunuhan yang terjadi. Melalui petunjuk-petunjuk yang ada, kita seakan-akan diajak untuk memutar otak dalam memikirkan solusi dari teka-teki yang memusingkan di sepanjang film ini.

Pendekatan yang dilakukan Matt Reeves pada film pada kali ini berbeda dengan film-film batman sebelumnya. Dengan lebih menonjolkan sisi detektif dari Batman di sepanjang durasi, penonton diperlihatkan proses kesatria kegelapan ini mengandalkan nalar nya dalam memecahkan masalah-masalah yang ada. Hal tersebut membuat The Batman seperti film noir dengan nuansa detektif yang memberikan angin segar untuk film-film superhero sekarang yang dirasa hanya mengandalkan CGI dan action sequence saja.

Pemeran manusia kelelawar pada instalasi kali ini adalah Robert Pattinson, yang pada awalnya cukup diragukan karena perannya dulu pada film Twilight, telah berhasil membungkam kritik yang ada dengan penampilan yang memukau. Selain itu, ada Paul Dano sebagai pemeran The Riddler, berhasil menciptakan villain yang meneror para penduduk Gotham dengan kehadirannya yang penuh misteri. Tidak lupa kehadiran sang kucing atau Catwoman (Zoe Kravitz) yang menambah nuansa romansa dan sang Penguin (Colin Farrell) dengan penampilan yang mengesankan, membuat dinamika film ini menjadi semakin menarik.

Dari segi artistik, sinematografi yang ciamik membuat pengalaman menonton terasa memuaskan dengan pemilihan pencahayaan dan angle yang dipilih secara visual terasa puitis dan tajam. Selain itu tak lupa pula dengan music scoring yang membuat setiap adegan penting The Batman terasa menegangkan.

Secara keseluruhan, cerita yang disajikan berhasil dieksekusi dengan indah. Akan tetapi, terlepas dari segala kelebihannya, terdapat sesuatu yang terasa kurang. Secara storytelling, pada bagian akhir, hal yang di build up dari adegan-adegan sebelumnya, ketika di-reveal tidak seperti yang diharapkan. Ekspektasi yang telah terbentuk tidak terpuaskan dengan sepenuhnya.

Namun begitu, dengan durasi hampir 3 jam, film ini sangat enjoyable untuk ditonton dari awal sampai akhir. Sinematografi, scoring, dan koreografi yang memukau membuat film ini layak menjadi film yang wajib ditonton terutama bagi fans DC yang ingin melihat aksi detektif dari Batman.

-written by Nadif (kru ‘21)-

--

--

Kineklub LFM ITB
Kineklub LFM ITB

Written by Kineklub LFM ITB

Kanal diskusi, kritik, dan apresiasi film oleh kru Liga Film Mahasiswa ITB. https://linktr.ee/kineklub

No responses yet